Sabtu, 18 Juli 2009

lu kreatif Lu gak bakal mati Gaya

ORANG KREATIF GAK BAKAL MATI GAYA

Masih ingat bunyi iklan operator seluler “ANTI MATI GAYA”? Ya, petikan iklan ini begitu mudah diingat, terdengar menggoda, dan membuat penasaran. Anti mati gaya dalam iklan itu mengajak pemirsa untuk menjadi manusia yang benar-benar “TIDAK KUPER”. Tahu teknologi dan dapat memanfatkan perkembangannya. Punya HP, blog, facebook, e-mail, chatting, dan fasilitas lain dalam teknologi. Begitulah kira-kira ciri-ciri orang yang tidak mau disebut anti mati gaya.

Sebuah kreativitas juga menganut paham anti mati gaya. Kreativitas tak ubahnya sebuah teknologi yang terus berkembang, dan terus berubah untuk mencapai hasil yang berbeda, namun dapat memancing pemerhati dan penikmatnya untuk ingin tahu lebih, ingin mengenal lebih, hingga ingin memiliki.

Kreativitas sedang gencar-gencarnya digali di negeri ini. Indonesia pada tahun lalu telah mencanangkan tahun 2009 sebagai tahun indonesia kreatif. Di solo, di mana-mana terpampang spanduk bertuliskan solo kreatif solo sejahtera. Hampir semua perkantoran terpajang tulisan itu. Tulisan itu tidak sekadar slogan baru. Lebih dari itu, tulisan solo kreatif solo sejahtera atau indonesia kreatif merupakan ajakan bagi masyarakat untuk menjadi masyarakat yang kreatif sehingga akan terwujud ekonomi kreatif dan industri kreatif. Perkembangan industri-industri kreatif warisan budaya di kota solo tumbuh membentuk pemusatan geografis yang ditandai dengan banyaknya sentra industri kerajinan, yaitu berupa industri kerajinan ukiran kayu dan kaca, industri kerajinan keris dan gamelan, serta industri batik yang merupakan produk-produk unggulan kota solo.

Menteri perdagangan Mari Elka Pangestu pada pembukaan Solo Batik Carnival (SBC) bebrapa waktu yang lalu, mengatakan bahwa perencanaan bulan indonesia kreatif dilakukan untuk memberi gaung dan ruang yang lebih besar dalam sosialisasi ekonomi kreatif 2009 sampai 2025. Artinya, sepenuhnya pemerintah mendorong dan menyarankan masyarakat untuk mau menjadi masyarakat yang kreatif, bukan stagnan.

Presiden Susilo Bambang Yudoyono juga menegaskan bahwa dalam kreativitas diperlukan ide, seni, dan teknologi. Ketiga komponen ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Menjadi orang kreatif membutuhkan ide. Ide bisa datang kapan dan di mana saja. Tentunya ide tidak akan dinilai kreatif kalau ide itu tidak dituangkan ataupun diwujudkan. Karena, ide yang diwujudkan itu diharapkan mampu dirasakan dan dinikmati orang lain.

Kreatif membutuhkan nilai seni dan juga teknologi. Semakin tinggi nilai seni yang dikandung dalam sebuah karya akan dihargai semakin tinggi pula. Sedangkan teknologi merupakan penyempurna dari sebuah kreativitas. Teknologi merupakan alat di mana sebuah karya dapat dilihat, dipahami, dirasakan, dan dinilai oleh masyarakat. Bisa juga dikatakan bahwa teknologi merupakan ramuan terakhir dari proses penciptaan kreativitas. Dengan teknologi yang semakin berkembang ini kita bisa mengekspresikan karya kita, melakukan sentuhan akhir, hingga menjual karya kita ke mana pun.

Kembali pada istilah anti mati gaya, kreatif itu berarti juga anti mati gaya. Kreatif tidak pernah berhenti sampai kapan pun. Orang kreatif dituntut menjadi orang yang bisa berkembang. Orang kreatif itu mampu membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Orang kreatif itu bisa membuat sampah menjadi harta berlimpah.

Jadi, benarlah bahwa slogan Solo Kreatif Solo Sejahtera. Karena, sebuah kreativitas itu mahal. Seseorang yang mampu menjadi orang kreatif itu akan mendapatkan penghargaan yang tak ternilai harganya. Sebuah karya yang dikerjakan secara kreatif hasilnya akan berbeda dengan sebuah karya yang dikerjakan secara asal-asalan. Di beberapa media televisi, kita sering melihat profil orang sukses yang mampu memanfaatkan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Mampu memanfaatkan sampah menjadi uang berlimpah.

Contoh sebuah kulit telur. Orang yang tidak memiliki kreativitas akan membuang kulit itu begitu saja ke tong sampah. Sementara, orang kreatif mengelola kulit telur itu menjadi karya yang bernilai jutaan rupiah, yang pada akhirnya mampu mengubah kehidupannya menjadi orang yang sejahtera. Dari miskin menjadi jutawan. Tidak ada yang mustahil.

Jadi, hanyalah yang anti mati gaya saja yang bisa menjadi orang kreatif dan sejahtera. Andai saja di negeri ini banyak orang mau menjadi kreatif, pastilah tidak ada lagi kemiskinan di mana-mana. Tidak ada lagi orang yang hanya menggantungkan bantuan orang lain. Bahkan, bisa jadi tidak ada lagi pengangguran.

Dalam masa krisis ekonomi seperti sekarang ini, kreativitas menjadi sesuatu yang sangat berguna dan menguntungkan. Banyak orang mulai kehilangan mata pencaharian yang berdampak pada rendahnya kesejahteraan.

Sebuah kreativitas tidak memerlukan modal yang besar. Jika kita memiliki kreativitas dan mampu melihat segala sesuatu sebagai peluang emas, maka tidaklah mustahil kalau dengan dibekali kemauan keras dan doa kita mampu menjadi manusia sejahtera. Banyak orang sukses yang lahir dari ketidakberdayaan dan keterpurukan ekonomi. Namun, orang-orang ini memiliki kemauan keras untuk berubah. Mengubah nasib dengan mengandalkan kreativitas, ketekunan, dan doa.

Anda ingin berubah? Jangan mau menjadi mati gaya. Anda bisa menjadi kreatif. Masih banyak karya yang bisa kita ubah, bahkan masih banyak sampah yang bisa kita manfaatkan. Banyak ide yang masih bisa kita wujudkan. Anda siap? Segera lakukan dan siap pula untuk berkata “STOP MATI GAYA!”. Katakan saja anti mati gaya untuk menjadi kreatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar