Jumat, 25 September 2009

Kisah Burung Walet

Zaman dahulu kala ada seekor burung phoenix yang sangat lihai membuat sarang. sarang yang dibuatnya sangat kuat dan rapi.

Akhirnya burung-burung lain pun tertarik untuk belajar kepada sang Phoenix.

suatu hari burung hantu, burung elang, burung walet, burung gereja mencari sang phoenix untuk belajar.

setelah dibujuk, akhirnya phoenix pun setuju untuk membagikan rahasianya kepada mereka.

" Dalam membuat sarang, yang paling penting adalah lokasi, pilihlah di pohon yang bagus" phoenix memulai penjelasannya.

" Ah... kalau seperti itu pun, aku sudah tahu " pikir burung hantu, dia pun terbang meninggalkan phoenix karena ternyata pelajaran phoenix biasa-biasa saja.

" selain itu harus mencari kayu yang bagus untuk membuat sarang, agar sarangnya tahan lama " lanjut phoenix.

" sarang yang kubuat selalu menggunakan kayu yang bagus, semua orang sudah tau harus pakai kayu bagus" pikir burung gereja, dia pun terbang meninggalkan phoenix.

" pada saat menganyam sarang, kita harus lakukan dengan telaten, agar setiap ranting teranyam dengan baik" lanjut phoneix.

" ternyata cuma itu toh, aku sudah tau semuanya kok " pikir burung elang, dia pun lantas terbang meninggalkan tempat.

yang tersisa hanya burung walet, yang dengan cermat mendengarkan ajaran phoenix.
" tapi syarat-syarat yang saya sebutkan tadi belumlah cukup untuk membuat sarang yang bagus, yang PALING PENTING adalah usahakan membuat sarang yang tidak kena hujan atau sinar matahari langsung , carilah tempat yang teduh seperti dibawah atap rumah, kemudian usahakan agar sarang tersebut hangat, alasi dengan rumput. "

Akhirnya walet yang mendengarkan sampai selesai penjelasan phoenix mengerti cara membuat sarang yang bagus. itulah sebabnya sarang burung walet mahal, karena dia dengan setia mendengarkan penjelasan phoenix tentang cara membuat sarang.

meski ini cuma cerita anak-anak, tapi ada pelajaran yang sangat dalam yang bisa kita petik.

kadang kita sesudah mempelajari sesuatu hal, merasa sudah menguasainya dengan sempurna. sehingga memandang remeh jika ada orang lain yang menjelaskannya kepada kita, menganggap diri sudah tau.

Akibatnya kita menutup diri dari ilmu baru, padahal mungkin saja penjelasan orang lain, meskipun kita sudah tahu, kadang ada hal-hal kecil yang disampaikan orang lain yang akan menambah pengetahuan kita.

Jadilah seperti sebuah gelas kosong yang mampu menerima apa pun, belajar tidak ada habisnya selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari, yang terpenting selalu perhatikan apa yang diajarkan oleh orang lain, meski itu adalah yang sangat sederhana.

-- Mencari Kesempurnaan --

Maaf lahir Bathin

Suatu hari datanglah seorang pria ke hadapan seorang Bijak. “Guru, saya mempunyai banyak dosa. Saya telah memfitnah, membohongi, dan menggosipkan orang lain dengan hal buruk. Kini saya menyesal dan ingin memohon maaf lahir dan batin. Bagaimana caranya agar Tuhan mengampuni semua kesalahan saya?”

Sang bijak berkata, “Ambillah bantal di tempat tidurku. Bawalah ke alun-alun kota. Disana, bukalah bantal itu sampai bulu-bulu ayam dan kapas di dalamnya keluar tertiup angin. Itulah bentuk hukuman atas kata-kata jahat yang telah keluar dari mulutmu”.

Meski kebingungan, toh akhirnya ia menjalani “hukuman” yang diperintahkan kepadanya. Di alun-alun ia membuka bantal dan dalam sekejap bulu ayam dan kapas beterbangan tertiup angin.

Setelah selesai, ia kembali menghadap sang Bijak, “Saya telah melakukan apa yang guru perintahkan. Apakah dengan ini saya sudah diampuni?”

Jawab sang Bijak, “Kamu belum dapat pengampunan. Kamu baru menjalankan separuh tugasmu. Kini, kembalilah ke alun-alun dan pungutlah kembali bulu-bulu ayam yang tadi beterbangan tertiup angin. Dan jangan terlewat hingga sehelai bulu-pun…”

-- Mencari Kesempurnaan --